Friday, December 7, 2007

KOMENTAR CERDAS


Arief and Lulut at Art Center, Denpasar Bali (2004)
Taked by Taufan Galaxy (LIGHT SUCKER Lombok)



bung, saya bingung.... karya2 bung itu termasuk photography ato photoshop?
kalo gak salah; photo = cahaya; graph=grafik/lukisan; shop=belanja..
tapi kok kayaknya karya bung sangat "photoshop" bangeet..
sampe mana batasan "belanja cahaya" diperbolehkan di fotografi menurut bung?
gimana klo blog name-nya di ganti arief photoshop :-):-):-)...
mohon pencerahan???


Jawaban untuk pertanyaan cerdas dari mas Lulut di denpasar.
Saya terkesan dengan komentar yang dilontarkan mas Lulut pada beberapa karya “photography” saya yang saya presentasikan melalui media blog. Menurut mas Lulut, karya-karya itu lebih kuat unsur photoshop-nya ketimbang unsur photography-nya.
Sampai-sampai mas Lulut meminta saya untuk mengganti nama blog saya menjadi ariefphotoshop.blogspot bukan seperti sekarang ariefphotography.blogspot.

Alasannya, isme photography yang berlandaskan pada dasar kata yang merangkainya dari kata photo dan graphien yang berarti melukis cahaya tersebut telah “dikotori” oleh unsur “shop” yang menurut mas Lulut berarti belanja. Entah apa hubungannya saya tak paham dengan menuliskan makna shop sebagai belanja disini dengan penggunaan program photoshop sebagai upaya upgrading foto-foto yang saya lakukan.

Yang jelas, saya sangat memahami maksud yang diinginkan mas Lulut atas karya-karya fotografi saya. Adalah telah mengkaburkan bahkan melacurkan makna-makna fotografi ke dalam sebuah permainan “tipu muslihat” kemajuan teknologi komputerisasi visual yang telah saya lakukan terhadap beberapa foto tersebut. Seperti foto-foto yang aslinya berwarna saya rubah menjadi hitam dan putih lalu penambahan toner dan penguatan hue saturation dan permainan brightness dan contrast.

Menurutnya kalau sekedar melakukan cropping untuk menyeimbangkan komposisi itu masih wajar. “Itu pun sering dilakukan pada media fotografi analog”, demikian kata mas Lulut. Sepengenalan saya, mas Lulut memang seorang pegiat fotografi analog yang sedang kepingin menekuni fotografi digital, seperti saya yang toh baru beberapa bulan ini “pindah agama” ke fotografi digital. Jadi bagi saya wajar, jika masih banyak pertanyaan-pertanyaan yang mengganjal untuk sekedar mengkritisi dunia baru yang bagi saya sudah mulai saya masuki dan bagi mas Lulut yang sebentar lagi akan masuk ke dalamnya. Demi menjaga esensi fotografi, saya sepakat dengan dialektika yang mas Lulut lemparkan ini.

Menyikapi tipu mslihat visual yang saya lakukan ini, bagi saya adalah sesuatu yang telah lazim dilakukan oleh hampir semua fotografer. Hal ini dilakukan semata-mata untuk menaikan kesan dari foto-foto yang mereka hasilkan. Entah itu kesan dramatik, horor, ceria, eksotik, lembut (soft) dan lain sebagainya. Yang kesemuanya sangat terbatas dilakukan saat menggunakan media fotografi analog. Bahkan belakangan ada dikenal efek IR atau infra red. Teknik ini menggunakan efek lensa infra red dimana menyerupai teknik cetak invert namun tidak 100 persen. Yang terang jadi menggelap dan yang gelap jadi menerang.

Dalam teknik fotografi dasar, kita telah sama-sama mengetahui jika ingin menggambarkan kesan wibawa, kita me-shoot obyek dengan teknik low angel dan sebaliknya kalau ingin mengesankan kecil, kita memakai teknik high angel. Juga untuk menghilangkan atau mengurangi bayangan sinar matahari saat me-shoot obyek dengan lokasi out door, kita menggunakan blitz. Juga pada teknik cetak sandwich, dimana beberapa klise ditumpuk dan berbagai macam teknik “tipu muslihat” lainnya yang ada dalam fotografi analog..

Sangat amat terbatas jika kita bisa menengok lebih jauh ke belakang. Nah disinilah keunggulan sekaligus kelemahan teknologi fotografi digital dalam hal memanjakan para fotografi maniak. Berbagai teknik fotografi baru ditawarkan. Kalau kita pada waktu menggunakan teknik fotografi analog menggunakan media klise sebagai penyimpan gambar negative dan menggunakan enlarger untuk menyinari klise agar diubah menjadi gambar positif melalui proses developing pada larutan pengembang sehingga mampu tercetak di kertas foto pilihan kita sesuai dengan kualitas dan kesan foto yang kita inginkan. Hanya sebatas itu.

Sedangkan pada teknik fotografi digital, media penyimpanannya adalah memory file baik dalam bentuk memory card atau disc (flashdisc, compact disc, hard disc etc). dan pengolahan gambar tadi sangat beragam media yang mampu menjembataninya. Entah langsung cetak atau melalui proses upgrading yang dipermasalahkan mas Lulut. Sangat teramat banyak software yang amat sangat menjembatani kebutuhan fotografi digital kita. Bukan hanya Photoshop. Kita sangat dimanjakan olehnya.

Namun, sebaliknya juga sekaligus melemahkan kita. Disinilah kematangan kita dalam menjalani hobi fotografi diuji. Sebanyak apapun teknik pengolahan yang ditawarkan kepada kita, jika kita “lahap” semuanya dalam sebuah karya fotografi, saya bisa pastikan karya tersebut akan berubah menjadi momok yang teramat menakutkan bagi kita. Disinilah peran pentingnya ilmu dasar (basic knowledge), termasuk dalam dunia fotografi.

Bagi saya, “tipu muslihat” fotografi sudah terjadi sejak kita menggunakan teknologi analog, namun dengan kapasitas yang sangat terbatas. Hal ini sangat jauh berubah sejak ditemukannya teknologi digital.

Tujuan melakukan “tipu muslihat” fotografi hanya dilakukan untuk kepentingan-kepentingan atau motivasi yang relevan. Disinilah seorang creator harus lebih bisa memaknai dimana batasan-batasan pengolahan gambar sehingga mampu menyelaraskan antara motivasi atau alasan “apa” sehingga “mengapa” dilakukan pengolahan gambar tersebut. Sehingga tidak akan keluar dari kaidah keartitistikan dasar seperti composition, balancing, point of interest, contrasts, harmony. Selama kesemuanya masih bisa dipertanggung jawabkan, semuanya adalah hal wajar, malah justru sangat terpuji

Selanjutnya baru kita memikirkan, apakah karya itu mampu mencerdasakan, merubah gaya hidup, merubah tradisi kemudian merubah peradaban. Mas Lulut, masih jauh ternyata perjalanan kita. Yok, kita jalan lagi.






Saturday, December 1, 2007

AIDS = BULL SHIT

BULL SHIT.......!

INFECTED OR NOT

WE STILL DIE



Monday, November 19, 2007